Tuesday, November 13, 2007

In Memoriam: Pak Man



Pak Man. Dialah tukang kebun dirumah saya. Sudah menjadi bagian dari keluarga selama 20 tahunan lebih. Sejak saya masih TK atau SD kelas 1-2, saya sudah mengenalnya. Dia selalu datang setiap weekend, membersihkan tanaman dan rumput, juga mengerjakan apa saja. Orangnya rada pendek, gendut, baik, lucu dan sangatlah loyal. Dulu pernah saya ngambek seharian gara-gara tukang bakso langganan gak dateng hari itu. Pak Man-lah yang akhirnya dengan sukarela membonceng saya di atas sepeda kumbangnya, mengelilingi komplek perumahan sambil mengempit rantang buat bakso hasil buruan kami. Bahkan waktu kita sekeluarga meninggalkan kota Gresik dan pindah ke Surabaya, dia juga tetap setia ikut dan datang setiap Sabtu kerumah yang baru. Jadi ingat waktu dia mulai jatuh cinta. Pertama dengan mbak Kotim, pembantu tetangga depan rumah. Akhirnya Pak Man memutuskan mengawini mbak Lastri, pembantu tetangga samping rumah. Pestanya kecil-kecilan, di desanya di Pacitan. Kami sekeluarga datang, ikut bahagia menyaksikan dia di atas pelaminan.

Dia juga selalu ada di setiap moment-moment penting di keluarga saya. Waktu kakak saya married, acara sukuran pas kakak saya lulus S2, atau cuman acara arisan mama, dia selalu ada. Anehnya,kmaren waktu kakak saya lamaran, dia gak datang, katanya malu. Malu? Sejak kapan dia jadi pemalu? Ada- ada aja Pak Man ini. Dia juga terlihat sedih dan gak banyak bicara ketika datang ke rumah,seminggu yang lalu. Dia lebih banyak diam dan seperti menjaga jarak dengan orang-orang dirumah.

Kmaren hari minggu jam 9 pagi, kakak saya menelpon dari Surabaya. Saya baru bangun ketika mendengar kabar duka itu. Pak Man telah kembali ke pangkuan-Nya. Innalillahi. Pak Man meninggal beberapa menit setelah motor yang dinaikinya menabrak pohon di deket rumah saya. Tidak ada luka apa-apa di badan atau mukanya. Tidak ada darah setetespun, tapi nyawa Pak Man tetap terenggut pagi itu. Papa-mama saya langsung ke RS untuk pengurusan jenazahnya dan dibawa pulang ke Gresik, ke rumahnya. Saya menangis, tak percaya rasanya. Masih saya ingat benar senyum dan suaranya yang khas. Saya lupa kapan terakhir kali bertemu Pak Man. Yang saya ingat, waktu itu dia menyapa, "Eh,mbak Pebi!!" dengan lengkingan suaranya. Tidak banyak bicara, saya cuman sekedar menanyakan kabarnya saja. Seperti biasa, saya terlalu cuek.

Dia pergi di usia 44 tahun, meninggalkan istri dan 2 anak. Smalam, saya menelpon Papa. Saya mo kirim duit buat istrinya, dan kirim doa tentunya. Dan sebelum tidur, saya sempat terbayang raut mukanya. Sebuah doa saya panjatkan untuk Pak Man.


Selamat Jalan, Pak Man
Semoga arwahmu diterima disisi Allah SWT

me at 2:11 PM
 
 




::ABOUT ME::



FeBy
Surabaya - Jakarta
Born on 80's

I'm just an ordinary girl who loves dreaming and creating my own unique world. Moody,selfish,and easygoing. Not following any rules, just my own.

Talk2Me

::BUDDIES::
::MY OLD DAYS::
::LEAVE ME NOTE::


Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x



::TOOLS::


Free Counters







blog*spot
get rid of this ad
-->